Post Terkait Kesehatan
Penanganan Atonia Uteri
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan
pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan
histerektomi postpartum. Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi
dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri.
Perdarahan postpartum dengan penyebab uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena
penerimaan gerakan keluarga berencana makin meningkat (Manuaba & APN).
Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk
mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan
mekanisme ini. Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol
oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang
memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila
serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi.
Batasan: Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi
setelah janin dan plasenta lahir.
Tanda dan gejala atonia uteri
- perdarahan
pervaginam
- konsistensi
rahim lunak
- fundus
uteri naik
- terdapat
tanda-tanda syok
- tekanan darah sangat
rendah : tekanan sistolik < 90
- pucat
- keriangat/ kulit terasa dingin dan
lembab
- pernafasan cepat frekuensi30
kali/ menit atau lebih
- gelisah, binggung atau
kehilangan kesadaran
- urine yang sedikit ( < 30
cc/ jam)
- nadi cepat dan lemah (110 kali/
menit atau lebih)
Adapun penanganan atonia uteri sebagai berikut :
NO
|
Langkah penatalaksanaan
|
Alasan
|
1
|
Masase
fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta(maksimal 15 detik)
|
Masase
merangsang kontraksi uterus. Saat dimasase dapat dilakukan penilaia kontraksi uteruS
|
2
|
Bersihkan
bekuan darah adan selaput ketuban dari vaginadan lubang servik
|
Bekuan
darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat menghalang kontraksi uterus secara baik.
|
3
|
Pastikan
bahwa kantung kemih kosong,jika penuh dapat dipalpasi, lakukan
kateterisasi menggunakan teknik aseptik
|
Kandung
kemih yang penuh akan dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik.
|
4
|
Lakukan
Bimanual Internal (KBI) selama 5 menit
|
Kompresi
bimanual internal memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterusdan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
|
5
|
Anjurkan
keluarga untuk mulai membantu kompresi bimanual eksternal
|
Keluarga
dapat meneruskan kompresi bimanual eksternal selama penolong melakukan langkah-langkah selanjutnya
|
6
|
Keluarkan
tangan perlahan-lahan
|
Menghindari
rasa nyeri
|
7
|
Berikan ergometrin
0,2 mg IM (kontraindikasi hipertensi) atau misopostrol 600-1000 mcg
|
Ergometrin
dan misopostrol akan bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus
|
8
|
Pasang
infus menggunakan jarum 16 atau 18 dan berikan 500cc ringer laktat + 20 unit oksitosin.
Habiskan 500 cc pertama secepat mungkiN
|
Jarum
besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat atau tranfusi darah. RL akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama
perdarahan.oksitosin IV akan cepat merangsang kontraksi uterus.
|
9
|
Ulangi
kompresi bimanual internal
|
KBI yang
dilakukan bersama dengan ergometrin dan oksitosin atau misopostrol akan membuat uterus berkontraksi
|
10
|
Rujuk
segera
|
Jika
uterus tidak berkontaksiselama 1 sampai 2 menit, hal ini bukan atonia sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat darurat di fasilitas yang mampu melaksanakan bedah dan tranfusi darah
|
11
|
Dampingi
ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI
|
Kompresi
uterus ini memberikan tekanan langung pada pembuluh darah dinding uterus dan
merangsang uterus berkontraksi
|
12
|
Lanjutkan
infus RL +20 IU oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju 500 cc/ jam
sehingga menghabiskan 1,5 I infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak
tersedia cairan yang cukup, berikan 500 cc yang kedua dengan kecepatan sedang
dan berikan minum untuk rehidrasi
|
RL dapat
membantu memulihkan volume cairan yang hilang akibat perdarahan. Oksitosin
dapat merangsang uterus untuk berkontraksi.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar